"Maka kataku
kepadanya: Tuanku, tuan mengetahuinya.' Lalu ia berkata kepadaku: 'Mereka ini
adalah orang-orang yang keluar dari KESUSAHAN
YANG BESAR, dan mereka telah mencuci jubah mereka dan membuatnya putih di
dalam darah Anak Domba"* (Wahyu 7:14).
Satu malam sebuah kelompok wanita berdiskusi
dan menemukan sebuah ayat dalam Maleakhi 3:3 yang menyatakan bahwa Allah
"akan duduk seperti orang yang memurnikan dan mentahirkan perak."
Setelah diskusi, salah seorang wanita beijanji mencari tahu lebih dalam
tentang proses pemurnian perak pada minggu itu. Wanita itu pergi ke sentra
kerajinan perak. Di sana dia melihat pengrajin perak meletakkan perak di bagian
yang paling panas di tungku api. Dia kemudian bertanya mengapa dia melakukan
hal itu. "Saya harus membiarkan perak ini berada di api yang paling panas,
agar api dapat membuang segala ketidakmurnian," jelas pengrajin.
"Makin panas apinya, semakin murni perak diperoleh."
Wanita itu memperhatikan sang pengrajin dengan
hati-hati meletakkan perak itu di tempat yang sama untuk waktu yang lama, dan
tidak melepaskan pandangannya dari perak itu. Wanita itu masih penasaran.
"Bagaimanakah Anda tahu kapan perak itu siap keluar dari api?"
"Oh, itu mudah sekali," pengrajin perak itu berkata. "Kalau saya
sudah bisa melihat bayangan sayia di perak itu, tandanya perak itu sudah siap
keluar dari api."63
Arti mendasar kata "kesengsaraan" adalah
"tekanan" atau "keadaan susah." Kita dapat mengerti arti
"kesengsaraan besar" karena kebanyakan kita pasti pernah mengalami
hal-hal yang membuat kita stres, trauma dan tertekan. Ketika kita melalui
saat-saat seperti itu, sulit rasanya berharap bahwa ada hal-hal baik akan
dihasilkan dari kesusahan itu. Hanya dalam waktu kita dapat sering melihat
tangan Allah yang memurnikan dan menghaluskan tabiat, menjangkau ke dalam
hidup kita, lalu menggunakan rasa sakit dari pengalaman susah itu untuk
menyucikan dan membawa kita kepada tingkatan kegunaan lebih tinggi yang tak
akan mungkin teijadi dengan cara yang lain..
Setiap
kali saya merasa tak tahan lagi menghadapi penderitaan, saya selalu menghibur
diri dalam kenyataan bahwa "Pemurni" saya sedang memegang saya dengan
sangat hati-hati. Tak peduli seperti apa rasanya, saya boleh yakin bahwa Dia
tidak akan pernah meninggalkan saya sendirian, bahkan tidak sedetik pun. Dan
saya bisa bersukacita di dalam kenyataan bahwa jika penderitaan itu
berlangsung lebih lama daripada yang saya pandang perlu, itu dikarenakan Dia
punya tujuan bagi saya. Saat saya siap untuk dikeluarkan dari "api,"
Dia akan dapat melihat cerminan Diri-Nya di dalam saya! Saya tidak peduli
seberapa sulit keadaan, tidak ada yang lebih menggairahkan selain berpikir
bahwa setelah semuanya selesai nanti, saya akan menjadi semakin serupa dengan
Yesus!
Tuhan,
lakukan apa pun juga yang terbaik untuk mempersiapkanjalan bagi pertumbuhan
serta kegunaanku di masa datang bagi-Mu.
No comments:
Post a Comment