Jika saudara/i meng-copy blog ini dan menaruhnya di blog/laman saudara/i, kiranya alamat blog ini dicantumkan untuk menghindari plagiat. Terimakasih.

Minggu, 26 Mei 2013


"Dan seorang dari antara tua-tua. itu berkata kepadaku: 'Siapakah me­reka yang memakai jubah putih itu dan dari manakah mereka datang?' Maka kataku kepadanya: Tuanku, tuan mengetahuinya.3 Lalu ia berkata kepadaku: 'Mereka ini adalah orang-orang yang keluar dari KESUSAH­AN YANG BESAR, dan mereka telah mencuci jubah mereka dan membul­atnya putih di dalam darah Anak Domba'" (Wahyu 71x3,14).
Umat percaya Allah pada masa akhir akan keluar sebagai pemenang me­lalui penderitaan dan kemenangan Anak Domba, bukannya karena perlawan­an dengan senjata. Kristus menyatakan Kuasa-Nya lebih jelas melalui mereka yang hancur ketimbang mereka yang memiliki kekuatan. Iman seorang Kris­ten yang berdiri teguh bagi yang lemah dan tak berkuasa jauh lebih efektif daripada mereka yang mengacungkan kekayaan dan pengaruh politiknya.
Beberapa pemuda yang tidak memiliki tempat tinggal, yang hidup di jalan­an Philadelphia, memukuli seorang Korea sampai mati. Dia seorang Kristen yang sedang belajar di Universitas Pennsylvania. Ketika kejahatan itu teijadi, korban baru saja mengirimkan sebuah surat kepada keluarganya di Korea. Orangtua korban kemudian datang ke Amerika untuk mengikuti persidangan dan duduk diam selama persidangan berlangsung. Ketika persidangan ham­pir selesai, mereka meminta kesempatan untuk berbicara. Hakim mengabul­kan permintaan mereka, lalu mereka berbicara setelah pembacaan keputusan bersalah tetapi sebelum vonis dijatuhkan.
Kemudian kedua orangtua ini mendekati hakim, dan bertelut di hadapan­nya.. Semua orang dalam ruangan itu terkejut. Orangtua itu memohon hakim untuk tidak melanjutkan hukuman yang sudah ada dalam pikiran hakim itu, tetapi sebaliknya agar -melepaskan para pembunuh anak mereka dan mem­biarkan mereka dalam pengawasan orangtua tersebut, sehingga mereka da­pat memberikan tempat tinggal dan perhatian yang tidak pernah didapatkan para pembunuh itu sebelumnya. "Kami adalah umat Kristen," orangtua itu menjelaskan kepada hakim, "dan kami ingin menunjukkan sebagian kasih ka­runia yang telah kami terima dari Tuhan kepada anak-anak ini."
Sang hakim, yang menurut berita adalah seorang yang memiliki reputa­si keras dan tak berperasaan, meneteskan air mata ketika dia berkata, "Saya minta maaf, tetapi hal seperti itu tidak dapat dilakukan dalam sistem keadilan di negara ini!" Tetapi melalui pengampunan mereka, orangtua ini telah mem­berikan satu kesaksian yang berkuasa tentang satu kerajaan yang sepenuhnya berbeda dengan dunia kita. Kerajaan yang memiliki sistem keadilan sangat radikal berbeda dengan yang kita tahu selama ini, dan kerataan ini terbuka untuk siapa saja yang berani percaya kepada keberadaannya dan jalan' keluar yang diberikan kepada seinua permasalahan hidup.62
Tuhan, contoh pengampunan ini sangat menantang keimanan saya. Am­puni kekuranganku dalam hal mengampuni. Tolong ubah hatiku melalui tela­dan Anak Domba Allah itu.

No comments:

Post a Comment