Jika saudara/i meng-copy blog ini dan menaruhnya di blog/laman saudara/i, kiranya alamat blog ini dicantumkan untuk menghindari plagiat. Terimakasih.

RENUNGAN HARIAN 8-15 November 2011



Selasa 8 November
MIMPI-MIMPI DI ZAMAN KITA                         

"Kemudian dari pada itu akan terjadi, bahwa Aku akan mencurahkan Roh-Ku ke atas  semua manusia, maka anak-anakmu  laki-laki dan perempuan akan bernubuat" (Yoel 2:28).

Baru-baru ini, sebuah tim terdiri dari empat orang Advent mengadakan perjalanan melalui hutan dan sungai-sungai deras di Filipina tengah. Mereka memasuki daerah yang sama sekali terisolasi yang tidak dapat diakses oleh kendaraan bermotor.
Penduduknya menganut animisme yang menyembah benda-benda alam. Setelah berjalan menyusuri hutan selama delapan jam, mereka tiba di sebuah desa. Apa yang mereka temukan mengejutkan mereka. Mereka menemukan sebuah bangunan yang sudah dibangun untuk beribadah kepada Allah. Seorang penduduk desa mendapat mimpi tentang seorang pria berpakaian putih dengan sepatu yang mengkilat yang berkata, "Bangunlah sebuah rumah besar untuk Allah dan sembahlah Dia." Pria dalam mimpi itu juga mengatakan beberapa orang akan tiba yang akan mengajar "kebenaran Alkitab." Penduduk lain memimpikan seorang pria yang memberitahu dia bahwa para tamu yang akan datang itu adalah orang-orang yang baik.
Keempat orang Advent itu mulai mengajarkan tentang Yesus Kristus dan Injil-Nya. Para penduduk menerima pekabaran itu dengan hangat. Dalam waktu singkat ada 24 orang percaya yang dibaptiskan untuk mengisi "rumah besar untuk Allah" itu. Jauh di dalam hutan Pulau Mindoro, Suku Olangan selama ini tak tersentuh. Tetapi sekarang mereka menerima Injil. Allah sedang menyiapkan jalan. Para tamu malaikat turun dari takhta alam semesta ke hutan-hutan lebat di Filipina. Roh membuka hati yang keras.
Ingatlah Allah yang menggunakan penglihatan dan mimpi. Allah berbicara ke­pada nabi-nabi Perjanjian Lama secara teratur melalui mimpi. Yusuf dan Daniel, Yesaya dan Yeremia, Yakub dan Yehezkiel masing-masing menerima pekabaran khusus dari Allah melalui mimpi-mimpi. Seluruh buku Wahyu adalah hasil dari peng­lihatan yang diberikan Allah.
Sekali lagi, dalam generasi kita, kita dapat mengharapkan Allah menyatakan ke-hendak-Nya melalui penglihatan dan mimpi. Sama seperti la menuntun Rasul Petrus ke Kornelius melalui sebuah mimpi, la akan menuntun para pencari yang berhati jujur kepada kebenaran-Nya melalui mimpi-mimpi sekarang ini. Tentu saja, mimpi-mimpi tidak mengganti kebenaran Alkitab. Setiap pekabaran yang diakui dari Allah tetapi bertentangan dengan Kitab Suci, itu jelas palsu. Tetapi Allah memang menggunakan mimpi-mimpi untuk maksud tertentu. la memiliki cara-cara yang tidak biasa dalam menyelesaikan pekerjaan-Nya, dan cara-cara itu mungkin mengejutkan kita. la akan melakukan apa pun yang dapat dilakukan untuk menjangkau anak-anak-Nya yang tersesat.

Rabu 9 November
NYANYIAN-NYANYIAN DI MALAM HARI

"Tetapi orang tidak bertanya, 'Di mana Allah, yang membuat aku, dan yang memberi nyanyian pujian di waktu malam'" (Ayub 35:10).

Namanya Juliek. Penulis yang memenangkan hadiah Nobel perdamaian, Elie Wiesel, bertemu dia dalam perjalanan menuju kamp kematian Nazi, la bersama ra-tusan orang Yahudi lainnya dipaksa masuk ke sebuah barak selama tiga hari di kota Gleiwitz. Berdesakan di dalam satu ruangan, banyak orang yang tercekik sampai mati, Banyaknya tubuh manusia sangat mengurangi sumber udara.
Di tengah tubuh-tubuh yang berdesakan ini, Elie memperhatikan Juliek muda yang kurus, sambil mencengkeram sebuah biola di dadanya. Entah bagaimana, Ju­liek berhasil bergantung pada instrumen itu, bermil-mil melalui badai salju, dalam perjalanan menuju Gleiwitz.
Sekarang ia berjuang membebaskan kaki tangannya. Keram di antara ratusan orang mati dan sekarat, ia perlahan menundukkan kepala di atas senarnya. Juliek mulai memainkan sebuah karya lagu Beethoven. Lagu yang merdu terdengar, murni dan menakutkan di ruangan yang mengerikan itu. Dalam kegelapan, Elie hanya men-dengar suara-suara dari biola itu. Elie rnerasa, seolah-olah jiwa Juliek berada dalam alunan itu, seolah-olah juga seluruh hidupnya sedang dimainkan dalam senar itu. Elie akan selalu mengingat wajah pucat dan sedih anak muda itu, saat ia mengucapkan kata perpisahan yang ramah kepada para pendengarnya yang menjelang ajal.
Malam itu Elie tertidur dengan alunan Beethoven. Pagi harinya ia melihat Ju­liek sudah tergeletak di dekatnya, mati. Di sampingnya terletak biola itu, hancur dan terinjak-injak.
Tetapi lagunya tetap ada. Melodi terakhir Juliek masih temgiang di atas kenge-rian barisan kematian itu. Kekejaman Nazi juga tidak dapat mencekik daya tariknya yang menawan. Lagu Juliek memantulkan keindahan dunia lain. Lagu itu membuat pernyataan yang mengesankan: Ada sesuatu di atas semua penderitaan dan ketidak berperikemanusiaan ini.
Ada lagu yang terbawa dari bumi ke surga, lagu tentang dunia yang lebih baik. Di tengah penderitaan, kesedihan, dan penyakit, ada sebuah lagu. Lagu tentang ru­mah, lagu tentang surga, lagu tentang kekekalan. Allah memberikan kita lagu-lagu di malam hari, lagu-lagu merdu yang mengangkat hati kita dari apa yang akan terjadi.
Hari ini biarkan pemikiran tentang surga memberikan Anda sebuah alasan untuk bernyanyi. Biarlah musik dari dunia lain menggembirakan hati Anda. Biarlah nada ke­kekalan mengilhami jiwa Anda. Paduan suara surgawi dari negeri di mana tidak ada lagi air mata, rasa sakit, penyakit, penderitaan, peperangan, atau kematian. Berga-bunglah dengan segenap surga hari ini dan biarkan hati Anda bergembira.

Kamis 10 November
JAWABAN ALLAH MUNGKIN BUKAN JAWABAN KITA

"Mazmur Daud. Ya TVHAN, dengarkanlah doaku, berilah telinga kepada permohonanku! Jawablah aku dalam kesetiaan-Mu, demi keadilan-Mu" (Mazmur 143:1).

Gary Habermas, Dekan Fakultas Filsafat di Universitas Liberty, adalah seorang pria pemikir. la juga seorang pria pendoa. la menyimpan catatan permintaan doanya selama tahun 1980-an. Setelah ia mengalami pemeliharaan dan penyembuhan Allah yang luar biasa, ia pun menyimpulkan bahwa doa pribadi itu berguna.
Ketika neneknya yang berumur 87 tahun mendekati ajal, ia terlibat dalam doa bersungguh-sungguh di samping tempat tidur neneknya. Betapa sukacitanya ia, ne­neknya sembuh.
Kemudian Debbie, istrinya yang berusia 23 tahun, didiagnosis menderita kanker lambung. la berdoa lagi, bahkan lebih bersungguh-sungguh. Ketika Debbie meninggal dunia, sepertinya doa Gary tidak dijawab.
Tetapi sebelum istrinya meninggal dunia, Debbie berbisik kepada suaminya, "Allah mengucapkan tiga kata kepadaku-Aku mengasihi engkau." Debbie selama hidupnya meragukan kasih Allah. Tetapi sekarang Gary menyadari bahwa istrinya yakin kepada kasih Allah sama seperti ia yakin terhadap kasih suaminya.
Gary mengalami kesedihan yang dalam, dan rasa syukur yang dalam. la mempe-lajari sesuatu tentang jenis penyembuhan yang lain, penyembuhan emosional. Inilah kata-katanya: "Saya percaya Allah memiliki jawaban yang baik pada doa-doa saya. Itu tidak sama dengan mengetahui apa jawabannya."
Gary Habermas tidak mau tetap kaku. la tidak menuntut agar Allah menjawab doanya hanya dengan satu cara. la tidak jadi dingin. Hasilnya, ia melihat sesuatu yang indah dalam kenyamanan kasih llahi.
Doa itu berbahaya ketika kita menggunakannya untuk menyudutkan Allah ke pojok. Ketika kita menuntut jawaban yang tepat, dengan cara yang tepat, dan waktu yang tepat, kita mempermainkan Allah. Dia yang mengasihi kita, Dialah pula yang paling mengetahui bagaimana menjawab doa-doa kita. Setiap doa yang tulus akan dijawab, tetapi itu mungkin bukan jawaban yang kita cari. Orang-orang Kristen yang dewasa percaya bahwa Allah menjawab doa-doa mereka dengan cara yang diang-gap baik oleh hikmat-Nya yang kekal.
Solusi Allah dan solusi kita dapat secara dramatis berbeda. "Sebab rancangan-Ku bukanlah rancanganmu, dan jalanmu bukanlah jalan-Ku, demikianlah firman TUHAN" (Yes. 55:8).
Kasih Allah itu tanpa batas. Hikmat-Nya itu tak terhingga, kekuatan-Nya tak tertandingi. Kita dapat mempercayai kasih-Nya yang tanpa batas itu untuk menggerakkan hikmat-Nya yang tak terhingga guna menanamkan kekuatan-Nya yang tak ada tandingan untuk menjawab doa-doa kita, dengan cara yang diketahui-Nya paling baik.

Jumat 11 November
SESEORANG TEMPAT BERPEGANG

"Apabila engkau menyeberang melalui air, Aku akan menyertai engkau, atau me­lalui sungai-sungai, engkau tidak akan dihanyutkan; apabila engkau berjalan me­lalui api, engkau tidak akan dihanguskan, dan nyala api tidak akan membakar engkau" (Yesaya 43:2).

Di musim panas tahun 1993, festival tahunan "Penyaliban di Sungai" dimulai di Filipina. Orang banyak berkumpul di kota kecil sebelah utara Manila selama sembilan hari perayaan. Tetapi apa yang mulai sebagai pertunjukan keagamaan yang meriah, berakhir menjadi tragedi.
Lebih dari 300 orang peribadat memadati tiga kapal tongkang khusus yang akan diapungkan ke sungai. Kapal itu membawa sebuah altar tiga tingkat dan salib kayu. Sayangnya, saat kapal itu hanyut dibawa aliran sungai, orang-orang mulai berenang mencoba naik ke kapal yang sudah padat. Para pimpinannya berusaha keras untuk menolakkan orang-orang agar kembali ke air, tetapi semakin banyak orang men­coba naik, sampai kapal yang sangat sarat itu mulai tenggelam. Orang-orang menjadi panik. Arus sungai menjadi lebih deras, dan kapal-kapal itu terbalik. Lebih dari 3.00 orang tenggelam.
Sungguh sebuah ilustrasi yang jelas tentang apa yang terjadi bila kita bergantung pada hal yang salah.
Perahu keagamaan orang-orang ini tenggelam. Dalam masa krisis, benda itu tidak dapat menahan mereka. Mereka bergantung pada benda yang salah dalam nama agama. Mereka memerlukan sesuatu atau seseorang untuk tempat bergan­tung yang tidak akan mengecewakan mereka.
Apakah mungkin bahwa kita ini seperti mereka? Apabila kita bergantung pada pendapat kita sendiri, bukan pada firman Allah, cepat atau lambat kita akan tengge­lam dalam air cobaan yang suram. Jika kita berpegangan pada satu dugaan bahwa Allah, entah bagaimanapun akan melambaikan tongkat ajaib dan menyelamatkan kita walau secara nyata kita tidak menurut, kita akan kecewa pada akhirnya. Kita menipu diri kita sendiri dengan berpikir bahwa bagaimanapun kita memperlakukan tubuh kita, Allah akan memelihara kesehatan kita secara ajaib. Kita mengira Allah akan memenuhi kebutuhan kita, namun kita mengorbankan penghasilan kita, bergantung pada rakit emosional yang tidak akan memelihara kita.
Hanya satu hal yang pada akhirnya akan memelihara kita-sebuah hubungan dengan Allah. Sebuah hubungan pribadi yang intim dengan Pencipta alam semesta.
Dia yang berjalan di atas air dan menarik Petrus keluar dari ombak yang kuat, akan melepaskan kita ketika air pencobaan tampak terlalu berat. Kita aman di dalam genggaman-Nya. la tidak akan pernah meninggalkan kita.

Sabtu 12 November
ALLAH YANG TIDAK TERDUGA                          

"Angin bertiup ke mana ia mau, dan engkau mendengar bunyinya, tetapi engkau tidak tahu dari mana ia datang atau ke mana ia pergi. Demikianlah halnya dengan tiap-tiap orang yang lahir dari Roh" (Yohanes 3:8).

Seorang pengacara muda bernama Charles tidak berharap akan bertemu Orang ini ketika ia mulai mempelajari Alkitab. la hanya mencoba menemukan lebih banyak tentang Yesus Kristus.
Sejak pertobatannya, ia telah menghabiskan waktu berjam-jam, setelah pekerjaan di kantor, untuk berdoa dan membaca Kitab Suci. la mulai mengenal Allah secara pribadi, dan itu menyenangkan. la sebelumnya tak membayangkan bahwa ini mungkin terjadi.
Satu malam ia memiliki waktu yang tenang untuk menekuni Kitab Suci, sehingga seolah-olah ia sedang berbicara dengan Kristus muka dengan muka. la merasa sangat tergerak. Dan kemudian itu terjadi. Inilah kata-kata Charles sendiri:
"Tanpa mengharapkannya, tanpa pernah terpikir ada sesuatu untuk saya, Roh Suci turun ke atas saya bagaikan menembus diri, tubuh dan jiwa saya... seperti napas Allah sendiri."
Ada masa-masa di mana Roh mengejutkan kita. Allah tidak selalu mengumumkan kapan la akan muncul. la seringkali menggunakan berbagai cara untuk menyentuh kita dengan cara mendalam. Saya sangat tergugah selagi menyanyikan sebuah lagu yang sederhana. Doa, membaca ayat, khotbah pendeta, semuanya menyentuh saya pada saat-saat yang berbeda.
Namun bagi saya, ada sedikit yang menggerakkan seperti ketenangan saat merenungkan Kitab Suci. Allah seringkali menggunakan Firman-Nya untuk berbicara kepada jiwa saya. Tatkala membaca Firman-Nya, suara-Nya jelas. Saya terilhami, terdorong, dan terangkat. Saya diinsafkan atas pelanggaran saya dan tergerak untuk memperbarui komitmen saya kepada Dia.
Firman-Nya menguatkan jiwa saya. Firman itu mendorong hati saya dan mem-berikan saya pengharapan dan sukacita baru.
Ada kalanya saya membaca Firman Allah tanpa gairah. Sepertinya tidak ada yang terjadi. Kata-kata itu sepertinya memberikan pengaruh sedikit saja. Tetapi ke­mudian, tanpa kecuali, itu terjadi. Kata-kata itu sepertinya melompat keluar dari halaman Kitab Suci. Hati saya tergetar. Jiwa saya tergerak. Hidup saya tersentuh dengan cara yang tidak biasa. Allah sedang berbicara. la memberikan pesan yang paling saya perlukan untuk saat itu. Saya terpesona dalam kasih-Nya dan dikelilingi oleh kehadiran-Nya, dan saya tidak ingin momen itu berakhir.
Biarlah Allah mengejutkan Anda hart ini, saat Anda menggunakan waktu bersama Dia bersama Firman-Nya. Biarlah Firman itu menjadi saluran berkat-berkat Allah yang tak terhingga.                   

Minggu 13 November
DIPENUHI DENGAN KASIH ALLAH

"Allah adalah dahsyat dari dalam tempat kudus-Nya; Allah Israel, Dia mengaruniakan kekuasaan dan kekuatan kepada umat-Nya" (Mazmur 68:36).

Suatu hari Dwight L. Moody sedang menikmati percakapan yang menyenangkan dengan Allah, sementara berjalan di jalanan yang sibuk di New York City, la merninta Allah untuk memenuhi dia dengan kuasa Roh Kudus.
Moody kesulitan menemukan kata-kata untuk menjelaskan apa yang terjadi sesudahnya. Tetapi ia menulis ini: "Saya hanya dapat katakan bahwa Allah menyatakan Diri-Nya sendiri kepada saya, dan saya mendapat pengalaman kasih-Nya sedemikian rupa sehingga saya harus meminta-Nya untuk tetap menumpangkan tangan-Nya."
Moody merasakan dipenuhi kualitas kasih Allah. Hasilnya, ia mendapatkan ke­kuatan besar. Kembali bekerja, ia mengkhotbahkan khotbah yang sama yang selalu dikhotbahkannya, namun kali ini ada perbedaan. Sekarang "ratusan orang ditobatkan."
Moody menulis: "Saya sekarang tidak akan ditaruh kembali ke tempat di mana saya berada sebelum pengalaman berkat itu, walaupun Anda memberikan saya seisi dunia ini."
Allah rindu melakukan lebih banyak bagi kita daripada yang mungkin dapat kita bayangkan. Seringkali kita hidup di bawah hak istimewa kita. Kita memunguti remah-remah rohani di sana sini padahal kita bisa berpesta di meja pesta kasih-Nya.
Pemazmur mengatakannya dengan baik: "Engkau yang membuka tangan-Mu dan yang berkenan mengenyangkan segala yang hidup" (Mzm. 145:16). Tangan Allah terbuka. la menawarkan berkat-berkat rohani yang tak terbayangkan. la rindu agar kita dipenuhi kasih-Nya, Roh Kudus-Nya, kekuatan-Nya. Ketika kita mencari Dia dengan segenap hati, la akan mencurahkan Roh Kudus secara berlimpah.
"Jadi jika kamu yang jahat tahu memberi pemberian yang baik kepada anak-anakmu, apalagi Bapamu yang di sorga! la akan memberikan Roh Kudus kepada mereka yang merninta kepada-Nya!" (Luk. 11:13).
Roh Kudus adalah kehadiran pribadi dari Kristus yang menguatkan jiwa. Roh Kudus adalah Oknum ketiga dari Keallahan, yang memberikan kuasa pemberi kehidupan ke dalam hidup kita. Dia adalah perwakilan pribadi Tuhan kita, yang membawa kuasa hidup kepada pengalaman Kekristenan kita. Roh Kudus memberitahu dosa kita, menyatakan kebenaran Allah, dan menuntun kita menuju pelayanan.
Carilah kehadiran-Nya hari ini dan, seperti Dwight L. Moody, mengalami kepenuhan hadirat-Nya. Jangan puas sebelum diisi oleh kuasa Roh Kudus. Mintalah ke­pada Allah. Bukalah hati Anda untuk menerimanya, dan mintalah karunia itu dengan iman.

Senin 14 November
DAMAI ADALAH ANUGERAH

"Damai sejahtera Kutinggalkan bagimu. Damai sejahtera-Ku Kuberikan kepadamu" (Yohanes 14:27).

Lorenzo Dow mengalami suatu periode pencarian jiwa. la menginginkan sebuah hubungan dengan Allah, la ingin dipenuhi Roh Allah. Dan akhirnya, Allah mengilhami dia, "Percayalah, berkat itu sekarang. Percaya bahwa Engkau telah menerimanya."
Itu terbukti memenuhi jiwa Lorenzo, la berkata, "Damai yang lembut mengalir mengisijiwaku,"
Sebelumnya, Lorenzo melambung antara kegembiraan berlebihan dan kemurungan jiwa. la sering kecewa. Tetapi sekarang, Lorenzo mulai mengalami apa yang ia sebut "damai yang indah, sederhana dari hari ke hari, sehingga kemalangan dan kemakmuran itu tidak menghasilkan penurunan dan kenaikan seperti sebelumnya; tetapi jiwa saya seperti lautan, sementara dasarnya tenang."
Lorenzo Dow dipenuhi Roh. Dan ia dipenuhi dengan kualitas damai. la menjadi seorang hamba Allah yang penuh kuasa.
Damai bukanlah perlengkapan yang kita perjuangkan. Itu bukanlah keadaan pikiran yang kita peroleh hasil dari bersemedi. Damai adalah anugerah yang diberikan Allah. Kita menerimanya oleh iman. Ketika kita membuka hati kita kepada Roh, maka Roh membawa kedamaian.
Kitab Suci menyebut Roh Kudus sebagai Penghibur kita. Kata Perjanjian B'aru adalah paraklete. Itu artinya "dia yang berdiri di sisi." Dialah yang mengangkat kita dan menolong kita, mendorong kita, menguatkan kita, dan memberikan damai bagi kita.
Damai adalah keadaan tenang. Itu hasil dari percaya, mengetahui bahwa seseo-rang yang jauh lebih besar daripada kita, berada dalam kendali. Damai itu lawan kata khawatir.
Kekhawatiran memproyeksikan skenario yang terburuk di layar pikiran kita. Ke­damaian percaya bahwa Allah akan bekerja untuk mencapai kebaikan-Nya dalam tiap situasi. Rasul Paulus menyatakan, "Dialah damai sejahtera kita" (Ef. 2:14). Yesus adalah "Raja Damai" (Yes. 9:6). Oleh menerima Dia, maka kita menerima.kedamaian. Dan ketika kita berdamai dengan Allah, kita "tidak akan disengsarakan" (Testimonies, jld. 5, hlm. 488).
Lagu pujian lama menyatakannya dengan baik: "Damai! Damai! Damai ajaib, turun dari Bapa di surga; oh penuhilah jiwaku selamanya dengan damai kasih Allah." Hari ini bukalah hati Anda untuk menerima Merpati Kedamaian surga. Terimalah karunia damai-Nya. Pilihan Andalah untuk memintanya.

Selasa 15 November
MENGALAMI DAMAI SEJAHTERA ALLAH

"Gunung Batu, yang pekerjaan-Nya sempuma" (Ulangan 32:4).

Dikisahkan seorang pria muda yang mengadakan perjalanan sepanjang pinggiran sebuah kota di Inggris. la mulai mendaki sebuah bukit dan memandang ke bawah pada satu dataran damai, yang tentunya telah dilukiskan oleh Seniman Agung.
Tetapi tiba-tiba angin bertiup kencang, awan mendung di atas, kilat memancar, dan langit terbuka mencurahkan air hujan. Pemuda itu berusaha mencari tempat berteduh, tetapi karena sedikitnya pohon di bukit itu maka memberikan sedikit perlindungan. Hawa dingin mulai menggigitnya sampai ke tulang. Kilat sepertinya me-nyambar dekat sekali.
Kemudian ia menemukan sebuah batu yang menonjol dari tanah di puncak bukit itu. la berlari ke atasnya dan mengintip pada sebuah celah di batu itu, satu belahan. Cukup besar untuknya dapat masuk ke dalam. Batu itu menonjol keluar di atasnya, memberikan naungan sempurna dari guyuran hujan.
Setelah hujan usai dan badai pun berlalu, pemuda itu mengingat kembali pela-jaran-pelajaran yang telah ia pelajari tentang Allah ketika masih kecil, pelajaran-pela-jaran tentang bagaimana Bapa surgawi kita menyembunyikan kita dalam lindungan tangan-Nya.
Pulang ke rumah, ia mulai menulis beberapa lirik. "Batu zaman, memberi lin­dungan, sembunyikan aku di dalam-Mu." "Batu Zaman" (Rock of Ages) menjadi salah satu lagu pujian paling terkenal sepanjang masa.
Dalam badai kehidupan maka kedamaian berasal dari Batu Karang itu. Di dalam Dia ada perhentian sejati. Sebuah jaminan ketenangan mengaliri jiwa kita. Aman di dalam Dia, hati kita yang susah menemukan kedamaian dan kerinduan kita yang menggelisahkan berhenti.
Di seluruh Kitab Suci, Kristus adalah Batu Karang yang kepada-Nya kita bisa bergantung. la adalah batu yang teguh yang dapat kita andalkan, benteng yang kuat yang melindungi kita dari musuh, la adalah fondasi teguh kita dalam badai kehi­dupan.
Perumpamaan batu ini terutama banyak dalam Mazmur. Mazmur 31:3 menya­takan, "Jadilah bagiku gunung batu tempat perlindungan, kubu pertahanan." Mazmur 94:22 menambahkan, "Tetapi TUHAN adalah kota bentengku dan Allahku adalah gunung batu perlindunganku." Di dalam Mazmur 61:2, pemazmur berseru, "Karena hatiku lemah lesu; tuntunlah aku ke gunung batu yang terlalu tinggi bagiku."
Dia adalah naungan kita. Perlindungan kita. Pertahanan kita. Dia adalah damai sejahtera kita.
"Batu Zaman, tempat perlindunganku, biarkan aku terlindung di dalam-Mu."


No comments:

Post a Comment