Jika saudara/i meng-copy blog ini dan menaruhnya di blog/laman saudara/i, kiranya alamat blog ini dicantumkan untuk menghindari plagiat. Terimakasih.

RENUNGAN HARIAN 20-27 Januari 2013


20 Januari
"... Dan setelah aku berpaling, tampaklah kepadaku TUJUH KAKI DIAN DARI EMAS. DAN DI TENGAH-TENGAH KAKI DIAN ITU ADA SEORANG SERUPA ANAK MANUSIA,..." (Wahyu 1:12,13)
Suatu hari seorang petugas patroli jalan bebas hambatan di Dakota Se­latan sedang menuju ke utara di jalur Interstate 29, tepat ketika saya sedang mengarah ke selatan melewatinya. Karena kecepatan saya telah diatur pada batas kecepatan (65 mil per jam), saya tidak mengkhawatirkan kehadirannya, karena saya rasa menaati peraturan. Jadi ketika lampu mobilnya mulai ber­kedip menyala dan ia melambat untuk melakukan putaran balik, saya tetap tenang. Saya rasa ia pasti mengejar orang lain (meskipun ketika itu jalanan cukup lengang).
Saat dia mendekat dan bergerak di belakang saya, jelas bahwa sayalah yang dikejarnya. Dengan penuh kesadaran, saya menepi, ingin tahu apa ma­salahnya. "Tahukah Anda bahwa Anda mengemudi dengan agak ngebut?" Saya menjawab sopan, "Tidak, Pak. Kecepatan saya telah diatur pada batas kecepatan 65 mil per jam." Pernyataannya berikutnya membuat saya terkejut.
Di radar saya kecepatan Anda mencapai 77 mil per jam."
Mustahil," saya menjawab sesopan mungkin. "Saya telah berkendara dengan pengaturan seperti ini selama 3.000 mil dan tidak seorang pun menye­top saya. Apakah Anda yakin tidak ada yang tidak beres dengan radar Anda?" Komentar itu adalah kesalahan besar, walau mungkin saja benar. Ia menun­tut saya membayar kontribusi cukup besar bagi kesejahteraan komunitas yang saya lewati. Meskipun saya merasa jengkel selama berminggu-minggu karena hal itu, tetapi saya tidak bisa melakukan apa-apa.
Yohanes melihat Yesus di antara tujuh kaki dian, melambangkan tujuh jemaat di Asia Kecil (Why. 1:20). Penglihatan ini menyoroti Yesus sedang ber­jalan di antara tujuh kaki dian, melayani gereja-gereja. Latar belakang ide ini adalah janji Perjanjian Lama: "Tetapi Aku akan hadir di tengah-tengahmu dan Aku akan menjadi Aliahmu dan kamu akan menjadi umat-Ku" (Im. 26:12).
Satu hal terbaik berkenaan dengan perjanjian adalah Allah tak sewenang- wenang. Ia menundukkan diri-Nya kepada perjanjian. "Sebab itu haruslah kauketahui, bahwa Tuhan, Aliahmu, Dialah Allah, Allah yang setia, yang memegang perjanjian dan kasih setia-Nya terhadap orang yang kasih kepa- da-Nya dan berpegang pada perintah-Nya" (UI. 7:9). Allah tidak seperti de- wa-dewa orang kafir kuno yang tidak bisa dipercaya. Allah Ibrani mengham­piri umat-Nya dengan cara konsisten, menaati peraturan-Nya sendiri. Inilah sumber keamanan dan stabilitas luar biasa besar bagi kehidupan rohani kita. Kita tahu apa yang bisa kita harapkan dari-Nya. Saya bersyukur, Tuhan tidak seperti petugas patroli jalan bebas hambatan di Dakota Selatan itu.
Tuhan, aku membuat komitmen baru kepada-Mu hari ini. Aku mendam- luikan kestabilan rohani yang Engkau janjikan dalam perjanjian-Mu dengan huni,

21 Januari
"... DAN DI TENGAH-TENGAH KAKI DIAN ITU ADA SEORANG SERUPA ANAK MANUSIA, berpakaian jubah..." (Wahyu 1:13).
Kemarin kita melihat bahwa konsep "Anak Manusia" di tengah-tengah kaki dian dari emas menggemakan gambaran-gambaran Perjanjian Lama. Aspek utama dari Perjanjian Lama mirip dengan apa yang dewasa ini kita na­makan kontrak. Dalam suatu "perjanjian" dua pihak masuk ke dalam sebuah hubungan—mendirikan rumah, menikah, bersekolah. Semua itu melibatkan keterkaitan antara orang-orang atau antara seseorang dengan sebuah lemba­ga. Aspek menarik dari Perjanjian Lama adalah berkenaan dengan "berkat" dan "kutuk" (misalnya Ulangan 28). Walaupun bahasanya mungkin kede­ngaran aneh bagi dunia dewasa ini, gagasan di baliknya sama sekali tidak. Izinkan saya memberikan ilustrasi.
Beberapa tahun yang lalu sebuah jembatan di kota kelahiran saya am­bruk. Hal itu jadi mengerikan bagi penduduk karena itu mengubah wilayah bisnis yang ramai menjadi jalanan buntu. Dan sedikit banyak menghancur­kan tempat tersebut secara ekonomis. Para pedagang tidak lagi memiliki pe­langgan. Bukan hanya itu, kami harus berkendara jalur memutar 7 hingga 15 mil, hanya untuk menyeberangi sungai yang lebarnya beberapa kaki saja. Situasinya memprihatinkan, sehingga ketika Departemen Transportasi mem­buat kontrak pembangunan jembatan baru, para tokoh masyarakat berkata, "Anda harus mencantumkan tanggal pada kontrak itu." Pihak berwenang me­netapkan penyelesaian jembatan pada tanggal 26 Mei, sekitar sembilan bulan kemudian. Para tokoh masyarakat mencantumkan "berkat dan kutuk" dalam kontrak itu. Bila kontraktor mampu menyelesaikan pembangunan jembatan lebih awal dari yang direncanakan, maka kontraktor akan menerima bonus 10.000 dolar per hari. Dan untuk setiap hari pembangunan terlambat, 10.000 dolar akan dikurangi dari bayaran mereka. Dan para kontraktor menyelesai­kan jembatan itu pada tanggal 1 Mei, berarti 26 hari lebih awal!
Kabar baik Injil adalah Allah di dalam Kristus telah memenuhi kewajiban perjanjian di kayu salib dan oleh kebangkitan-Nya (Kis. 13:32; 33:2; 2 Kor. 1:2o). Bagi mereka yang memiliki hubungan dengan Yesus, tidak ada sesuatu pun dalam isi perjanjian itu harus ditakutkan. Kita beroleh rasa aman di da­lam hubungan kita dengan Dia.
Banyak orang Kristen merasa tidak aman. Mereka tidak tahu apakah me­reka telah cukup berusaha atau apakah hubungan mereka sehat. Kepada me­reka, Yesus katakan, "Aku ada di sini di antara kamu." Apakah gereja telah sempurna? Sudah mereka lakukankah semua hal baik?" Tidak. Jelas bahwa gereja itu tidak sempurna, membuat kesalahan dalam beberapa hal, bahkan berpaling dari Yesus. Namun demikian, Dia tetap berjalan di antara kaki-kaki dian sebagai Allah perjanjian yang setia dan selalu ada bagi umat-Nya.
Aku percaya bahwa pengorbanan-Mu sudah cukup untuk menyelamatkan aku. Buatlah agar konsep ini nyata bagiku hari ini.

22 Januari
"Anak Manusia,... KEPALA DAN RAMBUTNYA PUTIH BAGAI­KAN BULU YANG PUTIH METAH, dan mata-Nya bagaikan nyala api. Dan kaki-Nya mengkilap bagaikan TEMBAGA MEMBARA DALAM PERAPIAN; ..."(Wahyu 1:13-16).
Ketika saya masih kuliah, saya berasumsi bahwa Yesus tampak seperti lukisan-lukisan diri-Nya yang saya lihat di gereja sejak kecil. Walaupun saya tidak menyadari apakah perlu bagi Yesus untuk menyerupai seorang keturun­an Jerman-Amerika, saya tidak tahu perbedaan antara gambar Yesus yang biasa dengan orang-orang Timur Tengah yang Anda lihat.
Saat itu akhir tahun 1960-an, dan saya sedang berada di tempat kejadian protes mahasiswa, Hari Bumi yang pertama, datangnya Black History Week, serta banyak pawai-pawai menuntut persamaan ras dan menentang perang di Vietnam. Seorang mahasiswa Afrika-Amerika menarik saya ke samping dan menyadarkan saya akan aspek-aspek pendidikan saya yang terabaikan. Ia jelaskan bahwa Yesus pastinya tidak "Putih," sebenarnya Yesus memiliki ciri-ciri orang Afrika. Berdasarkan ayat bacaan kita hari ini, dia menjelaskan bahwa rambut Yesus seperti wol. Sambil menunjuk rambut Afro-nya, kata­nya, "Persis seperti saya, tidak seperti engkau." Dia juga katakan bahwa war­na seperti "tembaga yang membara" itu jauh lebih mirip dengan warna kaki­nya daripada warna kaki saya. Perjumpaan itu menimbulkan goncangan pada gambaran mental saya yang telah terpatri mengenai Yesus, dan saya berteri­ma kasih atas itu.
Terutama menarik adalah bahwa para supremasis Kulit Putih di Amerika bagian Selatan memakai ayat yang sama untuk membuktikan bahwa Yesus itu berkulit putih. Bagaimana pun, kepala dan juga rambut-Nya itu putih se­perti bulu yang putih metah. Menurut mereka, kata "bulu yang putih metah" itu lebih merujuk kepada warna rambut daripada teksturnya. Ini memperli­hatkan bahwa kita dengan mudahnya bisa menggunakan Kitab Wahyu untuk mendukung opini-opini yang sebenarnya tidak dibahas dalam kitab ini.
Bukan maksud Yesus di dalam penglihatan ini untuk memberikan gam­baran yang tepat menyerupai diri-Nya yang sebenarnya. Bagaimana pun, pasti mengerikan bukan, saat pedang keluar dari mulut seseorang. Dan pu­tihnya kepala serta rambut Yesus bukan untuk menunjukkan bahwa Ia be­rambut pirang, sebaliknya itu untuk mengenang kembali "Yang Lanjut Usia" di dalam Daniel 7. Yesus datang kepada Yohanes langsung dari takhta Allah untuk memberinya dorongan semangat Ilahi dalam menghadapi kesulitan- kesulitan yang akan dia alami serta bagi gereja-Nya. Akan memalukan jika kita mengabaikan kebesaran Yesus dan memfokuskan perhatian pada warna kulit-Nya.
Tuhan, tolonglah aku agar perhatianku tidak dialihkan oleh banyak sisi me­narik yang tampaknya digambarkan Kitab Wahyu. Buat agar mataku tetap ter­fokus pada pesan tentang siapa Engkau sebenarnya.

23 Januari
"... Anak Manusia,... WAJAHNYA BERSINAR-SINAR BAGAIKAN MATAHARI YANG TERIK" (Wahyu 1:13-16).
Penampilan Yesus di Patmos sangat memukau. Saat menatap-Nya, Yoha- nes tersungkur karena takjub (Why. 1:17). Yesus tidak tampak seperti manu­sia biasa yang dikenalnya dulu di Galilea. Apakah perbedaan gambaran yang memukau ini? Ayat ini menyebutkan Yesus itu memukau dan mengesankan seperti malaikat di dalam Daniel 10. Tapi Dia jiiga lebih daripada itu. Dia me­miliki karakteristik Keallahan. Rambut-Nya seperti "bulu yang putih metah" bisa dibandingkan dengan salju, serta api membara merupakan karakteristik "Dia yang Lanjut Usia" yang tertulis dalam Daniel 7:9. Ketika Dia menyebut diri-Nya "Yang Awal dan Yang Akhir" (Why 1:17,18), tidak perlu dipertanya­kan lagi bahwa Yesus datang kepada Yohanes sebagai Allah Perjanjian Lama (Yes. 44:6; 48:12). Yesus benar-benar "bintang" dalam setiap pengertian kata.
Saya diingatkan pada kolom terakhir tulisan Ben Stein. Ia sudah bosan membuat laporan tentang bintang-bintang Hollywood yang sebenarnya ada hal-hal lain yang jauh lebih menarik. Berikut ini kutipan kata-katanya sen­diri: "Saya tidak lagi beranggapan bahwa bintang-bintang Hollywood itu sa­ngat penting. Mereka ramah dan menyenangkan, dan memperlakukan saya dengan baik, jauh lebih baik daripada sepatutnya saya terima... [Tapi] ba­gaimana seorang pria atau wanita dengan bayaran lebih delapan digit dan hidup bergelimang harta bisa menjadi bintang di dunia saat ini, jika 'bintang' yang kita maksud adalah seseorang yang cerdas dan berkuasa serta menarik sebagai tokoh panutan? Bintang-bintang sejati tidak pergi ke sana ke mari berkendara limusin... sementara gadis-gadis Vietnam merawat kuku mereka. Mereka bisa menjadi orang-orang yang menarik dan ramah, tetapi bagi saya mereka bukan lagi pahlawan....
"Bintang sejati... adalah prajurit yang melihat seorang gadis kecil ber­main-main sepotong artileri yang belum meledak di jalanan dekat tempatnya mengawal stasiun. Ia mendorong anak itu ke samping dan menjatuhkan diri ke atasnya tepat saat benda itu meledak.... Banyak bintang lain di cakrawala... polisi yang berpatroli dan tidak tahu apakah mereka akan bisa kembali hidup- hidup. Para perawat dan paramedik yang menolong orang-orang yang meng­alami kecelakaan mengerikan, guru dan perawat yang membaktikan diri me­rawat anak-anak autis, pria dan wanita baik hati yang bekerja di rumah sakit kanker. Pikirkan setiap anggota pasukan pemadam kebakaran yang berlarian di tangga-tangga World Trade Center saat menara kembar itu mulai runtuh.
"Nah, sekarang Anda paham siapa yang saya sebut sebagai pahlawan seja- t i.... Allah itu nyata, bukan fiksi.... Akhirnya saya menyadari bahwa kehidupan yang diabdikan untuk menolong sesama adalah satu-satunya kehidupan yang berarti.... Inilah sumbangsih termulia saya dan terbaik sebagai manusia."7
Tuhan, aku menunjuk Yesus sebagai sutradara kehidupanku. Dialah pahla­wanku yang terutama.

24 Januari
"KETIKA AKU MELIHAT DIA, TERSUNGKURLAH AKU DI DE­PAN KAKINYA SAMA SEPERTI ORANG YANG MATI; tetapi Ia mele­takkan tangan kanan-Nya di atasku, lalu berkata: 'Jangan takut! Aku ada­lah Yang Awal dan Yang Akhir,.. " (Wahyu 1:17,18).
Pada suatu hari, sebuah peristiwa sangat aneh terjadi kepada saya dan keluarga saya. Saya dan istri saya telah menghabiskan sore itu berbelanja ber­sama anak-anak kami. Ketika kami akan berbelok masuk ke rumah, dengan terkejut kami melihat bahwa semua lampu rumah kami telah dinyalakan dan sebuah truk pickup asing diparkir di pekarangan rumah kami. Kami duduk mematung di tempat setidaknya selama semenit, tidak yakin apa yang harus dilakukan. Dengan rasa takut dan gemetar saya memutuskan meninggalkan istri dan anak-anak di mobil dan menegur siapa pun pelakunya. Tapi saya tercengang, namun lega, ketika mendapati "penyusup" itu tidak lain adalah bapak mertua saya. Sang kakek membuat kejutan bagi kami dengan berken­dara sejauh 800 mil ke Michigan dari tanah pertaniannya di Dakota Utara. Dan memang kami terkejut! Ketika beliau tidak mendapati kami di rumah, seorang wanita tetangga membantunya berbenah.
Nah, kunjungan bapak mertua bisa segera terlupakannya seandainya be­liau tinggal satu kota dengan kami. Pada saat itu ayah saya (yang tinggal satu kota dengan kami) juga sering mampir tanpa memberi tahu dulu untuk me­nanyakan kabar atau memperbaiki sesuatu sementara kami tidak berada di rumah. Tetapi, bapak mertua ini jaraknya 800 mil jauhnya! Kami tidak pernah berharap beliau muncul tanpa pemberitahuan. Insiden ini membantu saya un­tuk memahami reaksi Yohanes tatkala bertemu Yesus di Pulau Patmos.
Begini, Yohanes mengenal Yesus cukup baik ketika Dia masih dalam wu­jud manusia (lihat 1 Yohanes). Tetapi itu 60 tahun yang lalu. Dan Yesus telah naik ke alam semesta lain. Sang nabi tentu tak berharap Yesus sewaktu-waktu muncul. Bukan hanya itu, Yesus memiliki kualitas-kualitas memukau yang Yohanes kaitkan dengan Allah sendiri. Dia adalah "Yang Awal dan Yang Akh­ir," yang menggambarkan Tuhan yang agung dalam Perjanjian Lama (Yes. 44:6; 48:12). Yesus datang kepada Yohanes sebagai Allah Perjanjian Lama, Dia menciptakan dunia ini, memberikan hukum Taurat di Gunung Sinai, ser­ta memenuhi Bait Allah dengan kemuliaan pada zaman Salomo. Pastinya sa­ngat mengejutkan bagi Yohanes. Sebagai akibatnya, dia pun jatuh tersungkur. Ini lebih daripada yang sanggup ditanggungnya.
Inilah wahyu Yesus Kristus. Dia lebih daripada manusia, Dia adalah Al­lah yang menjadi manusia. Saat kita, seperti Yohanes, tersadar dari kenyata­an ini, kita akan dihiburkan dengan mengetahui bahwa Tuhan benar-benar sanggup memenuhi segala yang kita butuhkan, termasuk hidup yang kekal.
Tuhan., berikan aku secercah gambaran kebesaran-Mu hari ini. Aku ingin berjalan di dalam kerendahan hati yang sejatikerendahan hati yang timbul karena merasakan kebesaran-Mu yang melampaui akal.

25 Januari

"KETIKA AKU MELIHAT DIA, TERSUNGKURLAH AKU DI DE­PAN KAKINYA SAMA SEPERTI ORANG YANG MATI" (Wahyu 1:17).
Sebagaimana yang kita saksikan kemarin, berjumpa Yesus dalam sebuah penglihatan sungguh mengejutkan Yohanes. Anda bisa bilang bahwa Kitab Wahyu berasal dari semacam "terapi kaget" yang Yesus berikan kepada sang nahi. Yesus datang kepadanya dalam wujud yang benar-benar tidak terduga, la menghancurkan batasan-batasan di mana Yohanes menempatkan diri-Nya ke dalamnya. Ia memperluas batas-batas pengalaman sang pewahyu, menan- l angnya untuk menyaksikan gambaran Yesus yang jauh lebih luas. Dan kenya- laannya adalah, kita semua bergumul untuk bergerak melintasi pembatasan- pembatasan kita sendiri menyangkut pemahaman kita tentang Allah.
Jika saya seorang Muslim, mungkin saya merasa sulit untuk memahami bahwa Allah bisa merasa senang kepada seseorang yang tidak berpuasa satu bulan tiap tahun dan sembahyang lima kali sehari. Saya tidak ada masalah dengan makan ular atau kelinci, tetapi saya akan merasa sulit membayang­kan Allah akan membiarkan konsumsi daging babi. Saya memandang ren­dah orang-orang Kristen yang minum minuman keras, namun pada saat yang sama merokok seperti lokomotif!
Banyak penganut Katolik merasa sulit memercayai bahwa seorang hamba Tuhan atau imam bisa sungguh-sungguh berkenan kepada Allah tanpa hidup selibat. Di zaman Yesus, beberapa orang Yahudi mengalami saat-saat sulit ketika mengawasi murid-murid memetik sedikit gandum dan mengunyahnya sembari berjalan menyusuri ladang pada hari Sabat. Siapa yang boleh berbu­at demikian dan masih dapat melayani Tuhan? Orang-orang Hindu tidak bo­leh makan sapi, tetapi babi bisa-bisa saja. Banyak orang Kristen berpendapat bahwa Perang Salib adalah perang suci dan bisa dibenarkan.
Semua ini mengingatkan saya pada satu di antara sepuluh judul buku ter­baik pernah saya dengar: Your God Is Too Small! Yesus dalam Kitab Wahyu adalah obat penawar untuk penyakit itu. Kita menyebut Dia lemah lembut, namun demikian banyak orang yang mengenal-Nya beranggapan bahwa Dia seorang revolusioner yang berbahaya. Bagaimana pun, Dia menyebut para pe­mimpin agama sebagai orang-orang munafik. Dia menyebut gubernur setem­pat sebagai "serigala." Orang-orang yang sangat religius Dia beri label "anak- anak Iblis." Dan Dia bergaul dengan para pelacur dan pemungut cukai.
Dua kali Dia memporakporandakan tempat berjualan di Bait Allah, me- nyerakkan barang-barang dagangan, serta mengusir orangrorang dari sana. Dia terus dalam misi-Nya menyembuhkan para tunawisma, tetapi tampaknya nyaris tidak menaruh hormat kepada orang-orang penting. Yesus pasti sangat menyenangkan jika Dia mau berlaku seperti kita.
Tuhan, tolonglah aku untuk menerima Engkau sebagaimana adanya Eng­kau, bukan seperti yang aku harapkan.
26 Januari
"Jangan takut! Aku adalah YANG AWAL DAN YANG AKHIR, DAN YANG HIDUP;... dan Aku MEMEGANG SEGALA KUNCI MAUT DAN KERAJAAN MAUI" (Wahyu 1:18).
Para sarjana Alkitab mengamati adanya hal mengherankan dalam ayat di atas. Kita mendapati adanya persamaan antara gambaran Yesus di sini de­ngan Ilekate, dewi terbesar dan terpopuler di Asia Kecil. Hekate diakui seba­gai dewi pemegang kunci Hades, alam maut mitologikal. Orang-orang zaman purba menyebutnya trimorphos berarti memiliki tiga bentuk atau wujud ber­beda dikaitkan dengan tiga bagian alam semesta yang besar [surga, bumi, dan dunia bawah tanah (Hades)]. Dalam wujud surgawinya dia dikenal dengan nama Selene atau Luna (bulan). Di bumi dia disebut sebagai Artemis atau Diana (lihat Kis. 19). Dan dalam dunia bawah tanah, orang-orang Yunani me­nyebutnya sebagai Persephone. Dia juga dikenal sebagai "yang awal dan yang akhir" (Why. 22:13).8 Sebagai yang bebas bergerak di antara surga, bumi, dan dunia bawah tanah, Hekate bisa menjadi dewi pewahyu. Di bumi ini dia bisa menyingkapkan apa yang terjadi di surga dan di Hades. Sebagai pemegang kunci Hades, dia juga bisa menjadi pemberi keselamatan.
Mengapa Yesus merujuk gambaran diri-Nya sedemikian menyerupai dewi kafir? Karena Allah selalu menjumpai umat-Nya sebagaimana diri me­reka apa adanya (lihat 1 Kor. 9:19-23). Ingatkah Anda hari di saat Anda ber­temu Yesus? Ingatkah Anda pada perkataan atau tindakan-Nya yang sangat menyentuh hati Anda? Setiap kisah pertobatan itu unik, karena Allah sangat kreatif dalam cara-cara pendekatan-Nya.
Seorang pemuda di Arizona sedang mencari Yesus, meskipun saat itu dia tidak menyadarinya. Suatu hari, dia sedang terbaring di sofa, mabuk, sambil mendengarkan grup musik rock Rolling Stones (mengutip kata-katanya, "dia dirajam demi Stones"). Saat menatap plafon, dengan kondisi pikiran yang tidak jelas, tiba-tiba ia melihat wajah yang dia kenali sebagai Yesus. Yesus berkata kepadanya, "Saat lagu ini selesai, engkau harus menata kembali hi­dupmu, dan ikutlah Aku!" Musik pun berhenti, dengan terpana pemuda itu bangkit duduk. Ia memandang sekeliling namun tidak melihat seorang pun.
Menanggapi panggilan Allah, dia berhenti menggunakan narkoba dan membuang kehidupan liarnya, lalu kembali bersekolah. Beberapa tahun ke­mudian, dia menyelesaikan seminari dan teijun dalam pelayanan! Itu men­jadi kesaksian luar biasa tentang kemampuan Yesus menjangkau seseorang, bahkan dalam ruangan yang hingar-bingar musik rock sekalipun. Saya hanya ingin menggarisbawahi kasih karunia Yesus yang tak terbatas, yang menarik ranting-ranting dari api dan membuatnya menjadi berguna! Itu berarti ada harapan bagi Anda dan saya juga.
Terima kasih, Tuhan atas apa pun yang telah Kauperbuat untuk menarik aku ke dalam sebuah hubungan bersama-Mu.

27 Januari

"KARENA ITU TULISKANLAH APA YANG TELAH KAULIHAT, BAIK YANG TERJADI SEKARANG MAUPUN YANG AKAN TERJA­DI SESUDAH INI" (Wahyu 1:19).
Dalam ayat 11 ini, malaikat memberitahukan pada Yohanes untuk "me­nuliskan apa yang kaulihat dalam sebuah kitab dan mengirimkannya kepada ketujuh jemaat." Kata "melihat" adalah dalam bentuk saat ini, mengindikasi­kan bahwa Yohanes telah ada di dalam penglihatan dan penglihatan itu akan berlanjut terus beberapa waktu lamanya. Di lain pihak, ayat 19 memerintah­kan sang nabi "menuliskan apa yang telah kaulihat." Kata "melihat" tidak lagi dalam bentuk saat ini. Ini menyatakan bahwa Yohanes telah menerima selu­ruh penglihatan di antara ayat 10, di mana ia dikuasai oleh roh, dan ayat 18, di mana ia menyelesaikan naratif perjumpaannya dengan Yesus. Dalam ayat 19 penglihatan itu telah selesai, dan tibalah saatnya untuk mulai menulis.
Menurut ayat 19, isi Kitab Wahyu terbagi menjadi dua kategori, yaitu hal- hal yang terjadi sekarang dan hal-hal yang hariis terjadi setelah ini. Wahyu 4:1 mengulangi bahasa Wahyu 1:19, "Naiklah kemari dan Aku akan menun­jukkan kepadamu apa yang harus terjadi sesudah ini" Maka, ayat 19 agak­nya menjadi pemberi struktur untuk sisa kitab ini. Bagian pertama penglihat­an ini mencakup "hal-hal yang ada." Itu berarti pesan kepada tujuh jemaat (Wahyu 2 dan 3). Isi penglihatan terfokus khusus pada peristiwa-peristiwa di masa depan, dilihat dari sudut pandang Yohanes. Tapi apa gunanya bagi gereja mengetahui peristiwa-peristiwa yang akan terjadi di masa depan?
Baru-baru ini saya dan istri saya terbang dari South Bend, Indiana, ke Se­landia Baru. Kami berangkat hari Selasa dan tiba hari Jumat. Badai salju di Chicago menyebabkan pembatalan beberapa penerbangan. Akibatnya, saya dan istri harus mengambil beberapa penerbangan terpisah ke Los Angeles. Ba­gaimana kami dapat bertemu kembali di sana? Kami bisa berkumpul kembali di Los Angeles karena kami tahu sesuatu mengenai masa depan. Kami sadar, walaupun rute kami terpisah, United Airlines akan menurunkan bagasi kami di Bandara Internasional Los Angeles. Ternyata, saya mendarat di gerbang yang jauh letaknya dari terminal yang biasanya dilayani oleh United Airlines. Selama beberapa waktu saya tidak dapat menemukan istri maupun bagasi saya. Tapi dengan bijaksana istri saya menunggu di Kantor United Baggage di Terminal 7. Akhirnya saya menemukan dia beserta barang-barang kami. Kami tak akan bisa berkumpul lagi seandainya kami tidak tahu tujuan kami.
Demikian pula, Allah memberitahukan kepada kita tentang masa depan supaya kita bisa tiba di sana. Setiap hari adalah potongan-potongan rencana perjalanan kita dalam menjalani rencana Allah. Dengan mata tertuju kepada Firman-Nya, kita bisa menemukan jalan melewati "labirin" kehidupan ini.
Terima kasih, Tuhan, karena telah membuat jelas rencana-Mu melalui Firman-Mu. Semoga langkah-langkahku hari ini terjaga tetap searah dengan 'ren­cana yang telah Engkau tetapkan bagiku.



No comments:

Post a Comment