“Dan semua bangsa telah marah, tetapi amarah-Mu telah datang dan SAAT BAGI ORANG-ORANG MATI UNTUK DIHAKIMI dan untuk memberi upah kepada hamba-hamba-Mu, nabi-nabi dan orang-orang kudus dan kepada mereka yang takut akan nama-Mu, kepad orang-orang kecil dan orang-orang besar dan untuk membinasakan barang siapa yang membinasakan bumi” (Wahyu 11:18).
Ayat ini menyajikan rangkuman peristiwa-peristiwa terahir dalam sejarah dunia. Ada lima bagian atau aspek utama. Bangsa-bangsa marah dan murka Allah telah datang, juga penghakiman atas orang-orang mati, pemberian upah kepada orang-orang benar, serta pemusnahan mereka yang membinasakan bumi. Ayat ini meramalkan, tepat sebelum zaman akhir, bangsa-bangsa akan marah. Mungkin saja kita sedang memasuki zaman itu. Semakin sukar menemukan persamaan diantara agenda-agenda politik yang saling bertikai. Tatanan dunia baru yang dicetuskan setelah Perang Teluk tahun 1991, kini telah berubah menjadi kekacauan dunia baru.
Allah menanggapi dalam cara yang sama terhadap amarah bangsa-bangsa. Di sini “murka Allah” merupakan rangkuman ketujuh tulah terakhir dalam Wahyu 16 (Why. 14:10 dan 15:1). Tulah itu membungkam kekutan jahat, sehingga mempersiapkan jalan bagi kemenagan akhir Tuhan. Perkataan terakhir Allah dalam sangkakala ini adalah tentang penghakiman, yang akan mengadili semua orang yang tidak benar di dunia ini. Dan itu bukan tanpa tujuan, melainkan untuk meluruskan keadaan yang sebenarnya.
Saya teringat saat berkumpul dalam pertemuan para sarjana Alkitab yang pesertanya banyak yang sekular. Kebanyakan mereka mempelajari Alkitab sebagai sumber nafkah, namun tidak lagi menyakini Alkitab sebagai jawaban bagi permasalahan besar dalam hidup ini. Dalam perbincangan mereka, mereka berasumsi bahwa janji-janji dalam Alkitab mengenai penghakiman dan kebangkitan hanya memcerminkan harapan kultus orang-orang zaman purba. Namun hari ini, asumsi mereka mendapatkan tantangan tanpa disangka –sangka. Seorang sarjana berkebangsaan Jerman yang perokok dan peminum berat menentang. Dia memrotes bahwa membuang-buang waktu saja mempelajari Alkitab hanya untuk latihan akademis. “Tidak peduli bagaimana Anda memolesnya, Alkitab itu benar berkenaan dengan ketidakadilan di dunia ini. Jika tidak ada penghakiman atau kebangkitan, tidak akan pernah ada keadilan di dunia ini. Penulis-penulis Alkitab percaya bahwa akan ada penghakiman dan kebangkitan, dan hanya itu satu-satunya harapan yang kita punya.”
Kebangkitan dan penghakiman menyatakan kepada kita bahwa suatu hari nanti Allah akan membereskan segala sesuatunya. Walaupun saat ini keadilan-Nya mungkin masih belum nyata pada pandangan banyak orang, tetapi kita sudah semakin mendekat pada akhir yang dibicarakan dalam ayat ini.
Tuhan, aku menantikan hari di mana Engkau akan membereskan semua ketidakadilan di dunia saat ini. Tolong aku agar melakukan hal yang benar hari ini.
Ayat ini menyajikan rangkuman peristiwa-peristiwa terahir dalam sejarah dunia. Ada lima bagian atau aspek utama. Bangsa-bangsa marah dan murka Allah telah datang, juga penghakiman atas orang-orang mati, pemberian upah kepada orang-orang benar, serta pemusnahan mereka yang membinasakan bumi. Ayat ini meramalkan, tepat sebelum zaman akhir, bangsa-bangsa akan marah. Mungkin saja kita sedang memasuki zaman itu. Semakin sukar menemukan persamaan diantara agenda-agenda politik yang saling bertikai. Tatanan dunia baru yang dicetuskan setelah Perang Teluk tahun 1991, kini telah berubah menjadi kekacauan dunia baru.
Allah menanggapi dalam cara yang sama terhadap amarah bangsa-bangsa. Di sini “murka Allah” merupakan rangkuman ketujuh tulah terakhir dalam Wahyu 16 (Why. 14:10 dan 15:1). Tulah itu membungkam kekutan jahat, sehingga mempersiapkan jalan bagi kemenagan akhir Tuhan. Perkataan terakhir Allah dalam sangkakala ini adalah tentang penghakiman, yang akan mengadili semua orang yang tidak benar di dunia ini. Dan itu bukan tanpa tujuan, melainkan untuk meluruskan keadaan yang sebenarnya.
Saya teringat saat berkumpul dalam pertemuan para sarjana Alkitab yang pesertanya banyak yang sekular. Kebanyakan mereka mempelajari Alkitab sebagai sumber nafkah, namun tidak lagi menyakini Alkitab sebagai jawaban bagi permasalahan besar dalam hidup ini. Dalam perbincangan mereka, mereka berasumsi bahwa janji-janji dalam Alkitab mengenai penghakiman dan kebangkitan hanya memcerminkan harapan kultus orang-orang zaman purba. Namun hari ini, asumsi mereka mendapatkan tantangan tanpa disangka –sangka. Seorang sarjana berkebangsaan Jerman yang perokok dan peminum berat menentang. Dia memrotes bahwa membuang-buang waktu saja mempelajari Alkitab hanya untuk latihan akademis. “Tidak peduli bagaimana Anda memolesnya, Alkitab itu benar berkenaan dengan ketidakadilan di dunia ini. Jika tidak ada penghakiman atau kebangkitan, tidak akan pernah ada keadilan di dunia ini. Penulis-penulis Alkitab percaya bahwa akan ada penghakiman dan kebangkitan, dan hanya itu satu-satunya harapan yang kita punya.”
Kebangkitan dan penghakiman menyatakan kepada kita bahwa suatu hari nanti Allah akan membereskan segala sesuatunya. Walaupun saat ini keadilan-Nya mungkin masih belum nyata pada pandangan banyak orang, tetapi kita sudah semakin mendekat pada akhir yang dibicarakan dalam ayat ini.
Tuhan, aku menantikan hari di mana Engkau akan membereskan semua ketidakadilan di dunia saat ini. Tolong aku agar melakukan hal yang benar hari ini.